Sabtu, 06 April 2013

Hujan di Kotaku

Hari itu Jumat 13 Oktober 2012 Sarah berjalan dibawah derasnya hujan yang membasahi sekujur tubuhnya, ya bisa dibilang Sarah tidak membawa payung atau mantel. Mood Sarah yang sangat buruk membuatnya nekat untuk menempuh hujan tersebut. Begitu banyak yang ada diotaknya saat itu. Sarah adalah mahasiswa pascasarjana jurusan Astronomi disalah satu perguruan tinggi di kotanya dan dia bekerja di salah satu pusat penelitian tentang bintang yang dekat dengan kampusnya. Sarah juga bersal dari keluarga yang berkecukupan. Dikampus Sarah merupakan seorang Gadis yang berhijab dan mudah senyum. Dengan wajahnya yang sederhana dengan penampilan apa adanya sarah tidak pernah mengeluh akan kekurangann dirinya dan selalu bersyukur. Namun kali ini Sarah benar-benar merasakan suatu ketidak adilan terhadap dirinya, hidup yang begitu membingungkan dan berat menghampirinya. Menghadapi pembimbing tesis yang super dupel killer dan sangat sibuk, ketika mau bimbingan ada saja alasan dosen tersebut, ini lah itu lah, sehingga sudah melewati batas jadwal untuk sidang belum sekalipun bimbingan, selain itu orang tua menginginkan Sarah untuk segera menikah akan tetapi orang yang Sarah cintai tdk pernah mencintainya sekalipun dan yang membuat hidup Sarah tambah hancur lagi Dito orang yang dicintainya itu sebentar lagi mau menikah. Dengan undangan pernikahan Dito ditangannya Sarah terus berjalan melintasi hujan yang semakin lama semakin deras. Tak tau apa lagi yang harus dilakukannya, air mata pun sudah ngak bisa dibendungnya bersama dengan hujan membasahi pipi merahnya. Hijab yang dikenakan sarahpun tak mampu menutupi perasaan yang dirasakannya, hancur saat itu. Menangispun tidak akan pernah bisa menutupi luka yang dia rasakan, hanya dengan membiarkan luka itu ternganga dan dibasahi hujan mampu ia nikmati sesakit apapun itu. Sampai seluruh tubuh Sarah kaku, layu tak kuasa mehan sakit itu. Gelap. Tak sadar.


***


Ratna tertegun ketika hujan turun, memandang jauh ke dalam rintik-rintik hujan, terhanyun dengan lamunannya, mengenang kejadian beberapa bulan yang lalu ketika hujan turun membasahi bumi. mengenang Defa adik semata wajang yang ia punya dan sekarang ??? hanya lamunan mehiasi hari-harinya tentang Defa.


" kakak,,,sini hujan sudah mulai turun....kita main hujan yookkk" teriak Defa pada Ratna dari luar Rumah

" jangan dek, nanti penyakit kamu kambuh lagi kalau main hujan. . . ." balas Ratna dari dalam rumah

" tapi kak, aku mau main hujan-hujanan kali ini saja . . . aku mohon . .. " pinta Defa masuk ke dalam rumah dan merengek dihadapan kakaknya . . . .ratna tidak tega melihat wajah memelas Defa yang begitu polos dihadapannya, sudah bertahun-tahun lamanya Defa tidak diperbolehkan oleh Dokter untuk terkena Hujan karena kondisi tubuh defa yang sangat lemah akibat penyakit kanker yang ia derita. Sebisa mungkin Ratna menjaga Defa agar tidak terkena hujan dan menjaga kesehatan adiknya itu. 

" ya sudah,,mainnya jangan lama-lama yaa....ingat kesehatan kamu. . ." balas ratna sedikit sangsi akan kemungkinan yang terjadi dengan Adiknya itu.

"Horeee....kakak baik deh,,Defa sayang kakak selamanyaa . . ." mencium pipi Ratna dan berlalu. 5 menit berselang Defa masuk ke rumah dan menarik tangan Ratna . . . " kakak ayoo,,main hujan-hujan dengan Defaa,,,ayooo kak,,," menarik Ratna keluar . . .melihat Defa tersenyum bahagia dengan bermain hujan-hujan Ratnapun ikut terhanyut kedalam derasnya hujan kala itu. beberapa waktu kemudian tubuh Defa kedinginan, sekujur tubuhnya kaku gemetaran, dan darahpun sedikit demi sedikit keluar dari hidung Defa. Rebah dan Jatuh. ratna termangu diam, dan tak bisa melakukan apapu lagi karena Defa adik semata wayangnya tidak bisa tersenyum lagi menghiasi hari-harinya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar