Wanita tua itu duduk termangu diperempatan jalan dekat
rumah ku, tubuhnya layu dan kumuh, tak terawat, matanya pun sayu menatap
kehidupan yang begitu tak bersahabat dengannya. Wanita tua itu pun
menengadahkan telapak tangannya meminta sesuap nasi untuk menjanggal perut yang
mungkin sudah dari semalam belum makan. Kelihatan ketika wanita tua itu
memegangi perutnya dengan gemetar.
“Nak … nenek lapar, dari semalam nenek belum makan nak !!!” nenek
itu berkata padaku ketika aku berjalan didepannya. Aku tak tahan melihat nenek
itu menengadahkan tangannya untuk meminta makan padaku, begitu durhakanya
seorang anak menelantarkan orang tuanya dipinggir jalan.
“Nek … maaf ya nek, aku ngak punya uang, tapi nenek ikut aku kerumah
ya!! Dirumah banyak makanan koq, nenek boleh makan dirumah aku!!” seru ku
mengajak nenek itu kerumah aku. Aku pun memapah nenek itu berjalan kerumah.
Dirumah, aku mendapati banyak makanan, memang hari ini Mama sengaja
memasak, katanya sich Papa dan Mama mau berangkat dinas ke luar kota dan masakan ini
supaya aku tidak kelaparan nantinya. Aku bawa Nenek itu ke ruang makan dan
mempersilahkannya untuk mengambil makanan yang ia suka.
“Nek … makan dulu ya, Nenek kan
lapar!! Maaf ya nek makanannya seadanya saja!!”
“Tidak apa koq Nak, yang penting Nenek sudah makan!!”seru Nenek itu
sambil menyuap satu persatu makanan ke dalam mulutnya. Aku hanya tersenyum
melihatnya.
Dulu aku juga mempunyai seorang nenek, aku benar-benar sangat
menyayanginya. Nenek selalu menemani aku dirumah, bermain, dan juga sering
bercerita pada aku tentang masa kecilnya. Waktu aku sakit Nenek juga yang
merawat aku dengan teliti hingga aku sembuh. Tapi entah kenapa Tuhan
mengambilnya begitu cepat Nenek pergi meninggalkan aku saat aku baru masuk SMA
favorit di kotaku. Nenek begitu bangga mendengarnya. Dua hari sebelum Nenek
pergi meninggalkan aku, ia memberikan sweter hasil rajutannya sendiri pada ku
sebagai hadiah atas usahaku masuk ke SMA. Aku tak menyangka kalau sweeter itu
adalah pemberian Nenek yang terakhir. Sangat menyedihkan memang, kehilangan
orang yang kita sayang, tapi apa boleh buat itulah hidup ada kelahiran pasti
ada kematian.
“Tuhan … tolong jaga Nenek aku dengan baik seperti selama ini dia
telah menjaga aku!!” batin ku memohon pada Tuhan, akupun tak sanggup untuk menahan
air mata yang keluar.
“Nak … kenapa kamu menangis? Apa Nenek merepotkan kamu?” tanya Nenek
itu membuat lamunan ku tentang Nenekku buyar.
“Ngak kenapa-kenapa koq Nek, Nenek ngak merepot kan aku !!” jawab aku sambil menghapus air
mata
“Kamu jangan bohong sama Nenek, Nenek tau kalau Nenek ini merepotkan
kamu, Nenek minta maaf sama kamu, Nenek cuma pingin makan, soalnya Nenek ngak
punya uang buat beli mkanan!!” seru Nenek itu sehabis makan.
“Kan
udah aku bilang Nek, kalau Nenek ngak merepotkan aku, Nenek ngak perlu minta
maaf segala, aku ikhlas koq membantu Nenek!!” balasku
“Terima kasih ya Nak, kamu sudah memberi Nenek makanan, orang tua
kamu pasti bangga mempunyai anak sebaik dan secantiq kamu!!”
Aku hanya tersenyum mandengarkan kata-kata Nenek itu
“Oya Nek, aku boleh bertanya ngak??”tanyaku sambil berjalan ke
kultas mengambil air minum
“Boleh, mau bertanya apa nak??”
“Anak-anak atau keluarga nenek dimana?”tanya ku, kembali duduk
mendekati si Nenek yang kini membisu mendengar pertanyaan dari ku. Dengan berat
hati dan raut muka yang sangat sedih Nenek menceritakan dimana keluarganya, dan
ternyata Nenek itu hidup di dunia ini sebatang kara, tidak mempunyai
siapa-siapa, anak dan cucunya meninggal akibat kebakaran, rumahnya, harta benda
yang ia punyai musnah di lalap api, tidak ada yang tersisa dan hidup kecuali
dia sndiri. Sekarang hidupnya terlunta-lunta dijalanan, meminta sesuap nasi
kepada orang yang ia temui dijalanan, tidur entah dimana dan tak sering pula
dia dihina, dimaki oleh orangorang yang tidak mempunyai hati, sungguh
menyedihkan nasib Nenek itu. Shabis menceritakan nasib hidupnya, Nenek itu
meminta diri pamit dari rumah aku.
“Nek, gimana kalau Nenek tinggal dirumah aku, kebetulan aku tinggal
sendiri dirumah, Mama dan Papa dinas keluar kota!!” seru ku saat Nenek itu berjalan
meningalkan aku.
“Tidak usah, Nenek tidak mau merepotkan kamu lagi, sudah cukup kamu
meberikan Nenek makan, Nenek sudah senang!!”balasnya
“Tapi Nek, Nenek mau tinggal dimana? Lebih baik Nenek tinggal
bersama aku, aku janji akan menjaga Nenek dan merawat Nenek seperti Nenek aku
sendiri!!Papa dan Mama juga ngak akan keberatan kalau Nenek tinggal
disini!!”pintaku
“Terima kasih kamu sudah baik pada Nenek tapi lebih baik Nenek
tinggal dijalanan saja!!”
“ya udah kalau itu maunya Nenek, aku tidak bisa memaksa tapi Nenek
janji ya tiap hari Nenek main kerumah aku, kalau aku ngak ada dirumah, Nenek
tungguin aku sampa pulang ya, Nenek janji sama aku!!” pinta ku memelas
“Iya Nenek janji, Nenek akan sering-sering main kesiini!!”balas
Nenek tiudan mencium kening aku. Aku merasakan kalau ciuman itu sama seperti
ciuman Nenek ku yang aku rindukan. Nenek itu pun pergi meninggalkan aku terpaku
didepan pintu dengan lamunanku semasa kecil bersama Nenek ku.
***
Setiap hari Nenek itu datang kerumah aku, aku senang sekali, karena
aku mendapatkan seorang Nenek lagi. Nenek itu menemani aku, bercerita berbagai
macam hal, seperti Nenek aku sewaktu ia masih hidup. Oya aku diajari menyulam
lho sama Nenek itu, Ya Tuhan rasanya seperti Nenek aku sendiri.
Namun satu minggu kemudian Nenek itu tidak lagi kerumah aku, aku
sedih. Aku mencari Nenek itu ketempat biasanya ia berada, tapi Nenek itu tetap
tidak aku temukan. Aku benar-benar panik, perasaan aku ngak enak, aku ngak mau
kehilangan sosok seorang Nenek untuk ke dua kalinya. Ku telusuri lorong-lorong kumuh
tempat ia tinggal, ku tanyai satu persatu orang-orang yang mengenalnya tapi tak
seorangpun tau kemana ia pergi sekarang “ Tuhan … kemana aku harus pergi
mencari Nenek itu lagi??” batin ku
Ku pandangi jalan yang begitu sesak, di kejauhan ku lihat
orang-orang pada berlarian ke persimpangan, katanya sich ada nenek-nenek yang
ketabrak truk saat menyebrang. Esstt, jantungku berdetak kencang mendengarnya,
akupun ikut berlar kekerumunanan orang-orang itu.
Aku mematung tak berdaya melihat siapa yang terbaring diaspal yang
penuh dengan darah. Satu persatu air mata ku bercucuran, aku tak kuasa
melihatnya.
“Nek … kenapa nenek pergi meninggalkan aku??” tanyaku pada tubuh
yang terbujur kaku, tapi pertanyaan aku tidak ada jawaban.
Ketika ambulance datang dan membawanya kerumah sakit aku terus
menangisi kepergian Nenek itu. Dirumah sakit Dokter mengatakan kalau Nenek itu
telah meningal saat Truk menabraknya. Saat itu juga Dokter menyarankan agar
Nenek itu segera dikuburkan. Dipemakaman yang hadir hanya aku dan pelayat lain
yang mengenal Nenek itu. Sungguh Tuhan tidak adil padaku, ketika aku baru
menemukan pengganti Nenekku, Tuhan mengambilnya lagi dari aku. Mengapa Tuhan
mengambil orang-orang yang aku sayang? Entahlah, hanya itu jawabnya.
created by : detasaja